Kebiasaan Baik Anak dan Dampak Kurangnya Pendidikan Karakter

oleh
Apsari Eka Putri

PENDIDIKAN seringkali hanya berfokus pada pencapaian akademik siswanya, tetapi apakah itu cukup untuk meningkatkan kualitas pendidikan? Mari kita refleksikan sejenak.

 

Pendidikan karakter merupakan upaya membentuk kepribadian seseorang melalui nilai-nilai moral yang tercermin dalam tindakan nyata. Nilai-nilai ini mencakup kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, toleransi, dan sikap-sikap mulia lainnya. Pendidikan karakter tidak hanya menyentuh ranah kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik, sehingga hasilnya melibatkan perubahan positif dalam aspek moral, spiritual, dan perilaku.

 

Menurut Pusat dalam Bahasa Depdiknas, karakter mencakup aspek-aspek seperti bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sementara itu, istilah “berkarakter” merujuk pada seseorang yang memiliki kepribadian, perilaku, sifat, tabiat, dan watak tertentu. Di sisi lain, pendidikan dalam pengertian sederhana sering dipahami sebagai upaya manusia untuk mengembangkan kepribadiannya agar selaras dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan budaya.

 

Menurut Anies Baswedan (2011), pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan potensi manusia secara utuh, yaitu intelektual, emosional, dan spiritual. Pendidikan karakter juga mengajarkan nilai-nilai kebangsaan, kewarganegaraan, dan keberagaman.

 

Pada kabinet merah putih, Prof. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia, telah memperkenalkan program “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” yang bertujuan untuk membentuk karakter positif pada generasi muda. Berikut adalah penjelasan mengenai tujuh kebiasaan tersebut dan hubungannya dengan profil Pancasila:

 

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Bangun Pagi

Bangun pagi membantu kita untuk mengawali serta memulai hari dengan baik. Ini mengajarkan kita untuk belajar disiplin dan menghargai waktu. Dengan kegiatan baik yaitu bangun lebih awal, kita bisa melakukan banyak hal positif sepanjang hari.

Taat Beribadah

Melakukan ibadah setiap waktu dengan tepat membantu kita mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa. beribadah penting untuk membangun karakter yang baik serta moral yang kuat, sesuai dengan nilai pada sila pertama dalam Pancasila, yaitu ketuhanan.

Rajin Berolahraga 

Berolahraga membuat tubuh menjadi sehat dan bugar. Selain itu, olahraga juga mengajarkan kita untuk bekerja sama dengan teman-teman, yang merupakan bagian dari semangat persatuan.

Gemar Belajar

Gemar belajar adalah kunci untuk menjadi kreatif dan pintar. Dengan mulai menyukai belajar, kita bisa memahami dunia lebih baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat, sesuai dengan nilai kemanusiaan yang ada dalam Pancasila.

Makan Makanan Sehat dan Bergizi

Makanan makanan yang bergizi dan sehat sangat penting untuk kesehatan kita. Dengan memilih makanan yang bergizi, kita menjaga tubuh agar tetap kuat dan sehat, serta bertanggung jawab terhadap Kesehatan diri sendiri.

Aktif Bermasyarakat

Terlibat dalam kegiatan sosial atau dengan membantu orang lain mengajarkan kita untuk peduli dan berbagi. Ini mencerminkan semangat dalam kebersamaan dan gotong royong yang ada pada Pancasila.

Istirahat yang Cukup

Istirahat yang cukup sangat penting agar tubuh dan pikiran kita bisa beristirahat dengan baik. Dengan tidur yang cukup, kita bisa bangun segar dan siap menjalani aktivitas sehari-hari, selain itu kita juga bisa menjaga Kesehatan mental dan fisik dengan tidur cepat dan cukup.

 

Melakukan 7 kegiatan baik bukan hanya berdampak baik untuk diri sendiri, tapi juga membantu untuk membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kegiatan seperti bangun pagi, berolahraga, dan belajar tidak hanya menjadikan pribadi yang lebih baik, tapi juga mendukung perkembangan psikologis anak-anak dalam berbagai cara. Dengan menerapkan mindfulness, siswa belajar untuk fokus pada saat ini, menyadari pikiran dan perasaan kita tanpa menghakimi. Dengan penerapan pembelajaran mindfulness membantu untuk mengelola stres, meningkatkan konsentrasi, dan mengembangkan empati terhadap orang lain.

 

Selain itu, kegiatan spiritual dan sosial seperti beribadah dan terlibat dalam aktivitas masyarakat memberi meaningfulness dalam hidup. Dengan begitu, kita dapat memberikan pemahaman mengenai memahami peran dalam suatu lingkungan dan merasa lebih terhubung dengan lingkungan sekitar. Meaningfulness juga membantu untuk menemukan identitas diri dan tujuan hidup yang lebih jelas.

 

Dan tambahan seperti, aktivitas fisik dan interaksi sosial seperti bermain dengan teman atau ikut permainan kelompok menciptakan momen joyfulness yang berarti. Kebahagiaan ini tidak hanya membawa suasana menyenangkan, tetapi juga memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan motivasi untuk terus belajar serta berpartisipasi dalam banyak kegiatan positif. Jadi, membuat pembelajaran merasa lebih terhubung dengan orang-orang di sekitar dan bisa memiliki kesehatan mental yang lebih baik di masa depan.

 

Pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful bukan sekadar cara untuk menyampaikan materi pelajaran, ini adalah alat yang efektif untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung kesehatan mental, mendorong keterlibatan aktif, dan membantu pengembangan diri siswa. Dengan menggabungkan ketiga elemen ini dalam proses belajar mengajar bisa menciptakan lingkungan yang positif dan produktif bagi semua siswa.

 

Selain itu, menurut jurnal berjudul Mengukur Efek Pendidikan Karakter Terhadap Reduksi Perundungan di Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Subang) yang ditulis oleh Wahyu Sobirin, Asep Rohendi, Cecep Mustofa Zajuli, Eva Dianawati Wasliman, dan Iim Wasliman, pendidikan karakter memiliki dampak signifikan dalam mengurangi perilaku perundungan di kalangan siswa.

 

Ada pula kurangnya pendidikan karakter dapat meningkatkan risiko perilaku negatif yang serius. Ketika kita tidak memberikan pendidikan karakter yang cukup, banyak siswa bisa jadi kurang menghormati guru, teman, dan orang lain di sekitar mereka.

 

Ini sering kali terlihat dalam bentuk ketidaksopanan. Selain itu, dapat juga dilihat dari kurangnya empati, di mana siswa menjadi kurang peduli terhadap perasaan dan keadaan orang lain. Hal ini bisa berujung pada perilaku perundungan (bullying), di mana mereka lebih mungkin mengejek, menghina, atau bahkan menyakiti teman-teman mereka secara fisik maupun emosional.

 

Dampak dari kurangnya pendidikan karakter ini tidak hanya memengaruhi perilaku individu, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif. Suasana di sekolah bisa menjadi tidak nyaman bagi banyak siswa yang menjadi korban perilaku negatif. Mereka mungkin merasa takut atau cemas, dan ini tentu saja akan memengaruhi semangat belajar.

 

Selain itu, perundungan atau konflik yang tidak ditangani dengan baik akibat kurangnya pendidikan karakter dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik. Ketika siswa mengalami gangguan emosional dan mental, fokus mereka pun terganggu, sehingga prestasi di sekolah bisa menurun.

 

Lebih jauh lagi, banyak siswa yang tidak mendapatkan bimbingan karakter sering menghadapi gangguan psikologis dan sosial. Kita mungkin melihat mereka kesulitan bersosialisasi atau terpengaruh oleh tekanan kelompok, bahkan mengalami masalah mental seperti kecemasan dan depresi.

 

Oleh karena itu, pendidikan karakter yang baik sangat penting untuk membangun lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Dengan memberikan pendidikan karakter yang tepat, kita bisa mendukung perkembangan kepribadian siswa dan mengurangi masalah sosial di sekolah. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan lebih mendukung bagi semua orang. (***)

 

Penulis adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung DjatiBandung