DI ERA digital saat ini, perkembangan teknologi telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan kita, termasuk cara kita berkomunikasi dan berbagi informasi. Berbagai platform media sosial berbagi konten informasi, gambar, dan video yang dapat tersebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Fenomena ini telah melahirkan berbagai konten yang dengan mudah menjadi viral, bahkan mampu memengaruhi opini publik.
Salah satu fenomena yang belakangan ini viral di media sosial adalah video yang menunjukkan sejumlah siswa SMP dan SMA yang kesulitan menjawab soal matematika dasar, seperti perkalian atau pembagian. Salah satu video yang menjadi sorotan diunggah di akun Instagram @julaehaju. Dalam video tersebut, siswa kelas 12 SMA berseragam pramuka tengah mengikuti tes matematika dasar, namun kebanyakan dari mereka tampak salah menjawab soal-soal matematika yang diajukan.
Video ini menjadi perbincangan hangat dan menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat, terutama terkait dengan kualitas pendidikan di Indonesia. Pengunggah video tersebut menyadari bahwa kemampuan numerasi anak-anak zaman sekarang memang cenderung rendah. Hal ini sangat miris, terutama jika mengingat fakta bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Banyak orang pun mulai mempertanyakan apakah kejadian ini merupakan cerminan dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia sangat kompleks. Salah satu penyebab utama adalah kurikulum yang ada saat ini sering kali dianggap kurang relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa. Kurikulum yang terlalu teoritis dan tidak terhubung langsung dengan dunia nyata membuat siswa kesulitan untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka pelajari. Selain itu, kurikulum yang tidak fleksibel menyulitkan para pendidik untuk menyesuaikan materi dengan kemampuan dan minat siswa, sehingga menyebabkan proses pembelajaran menjadi monoton dan tidak menarik bagi mereka.
Di sisi lain, rendahnya minat literasi di kalangan siswa juga menjadi faktor yang signifikan dalam kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak siswa yang kurang tertarik untuk membaca buku atau menggali pengetahuan lebih dalam, sehingga mereka hanya bergantung pada pembelajaran yang didapatkan di sekolah. Padahal, literasi bukan hanya penting untuk memahami materi pelajaran, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Penyebab lain yang turut mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia adalah terbatasnya fasilitas dan sumber daya yang ada, terutama di daerah-daerah terpencil. Banyak sekolah di daerah pelosok yang kekurangan fasilitas belajar yang memadai, seperti buku pelajaran, alat peraga, hingga akses internet yang bisa mendukung pembelajaran berbasis teknologi. Hal ini menyebabkan ketimpangan antara pendidikan di kota besar dan di daerah, yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi masalah rendahnya kualitas pendidikan ini, perlu ada upaya untuk meningkatkan standar pendidikan secara keseluruhan. Salah satu langkah penting adalah peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas tidak hanya menguasai materi pelajaran dengan baik, tetapi juga mampu menginspirasi dan memotivasi siswa untuk belajar.
Oleh karena itu, program pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru harus terus dilakukan, serta perlunya pemberian insentif yang sesuai dengan kinerja mereka. Selain itu, pendidikan guru yang lebih baik juga perlu diperhatikan agar mereka dapat mengadaptasi metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Perlunya peningkatan subsidi untuk pendidikan dan pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia juga menjadi langkah penting untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah harus memastikan bahwa semua daerah, baik yang berada di kota besar maupun pelosok, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Selain itu, pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi yang berasal dari keluarga kurang mampu dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tak kalah pentingnya adalah perbaikan kurikulum agar lebih relevan dengan kebutuhan siswa dan perkembangan zaman. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan keterampilan abad ke-21, seperti kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Kurikulum yang berbasis pada proyek dan pengalaman nyata akan membuat siswa lebih terlibat dalam pembelajaran dan lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
Pendidikan memang merupakan salah satu tonggak utama yang menentukan kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah dan seluruh elemen masyarakat membuka mata dan mengevaluasi secara menyeluruh permasalahan-permasalahan yang ada dalam sistem pendidikan kita. Dengan adanya upaya-upaya perbaikan yang terencana dan berkelanjutan, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia bisa terus meningkat, dan generasi muda Indonesia dapat memiliki kompetensi yang cukup untuk bersaing di tingkat global. (***)
Penulis adalah Mahasiswi Prodi Sastra Inggris/UIN Sunan Gunung Djati-Bandung