Dampak Puting Beliung di Kecamatan Buahdua-Sumedang, Pembelajaran Penting untuk Mitigasi Bencana

oleh

PERISTIWA angin puting beliung yang baru-baru ini melanda Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang, membawa dampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Angin puting beliung yang melanda Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang, terjadi pada Jumat sore, 18 April 2025, telah memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat setempat.

 

Bencana ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga menguji ketangguhan sosial dan kesiapsiagaan pemerintah dalam menghadapi bencana alam.

 

Bencana ini menerjang dua Desa, yaitu Desa Buahdua dan Desa Gendereh. Di Dusun Bengang, Desa Buahdua, terdapat 4 rumah dengan kondisi kerusakan ringan hingga sedang. Di Dusun Ciranten, sebanyak 53 rumah rusak serta 1 pohon tumbang menimpa jalur listrik tegangan tinggi 20.000 KVA Buahdua–Sanca dan menutup akses lalu lintas.

 

Sedangkan untuk Desa Gendereh, sebanyak 20 rumah dengan kondisi kerusakan akibat angin kencang.

 

Kerusakan akibat Angin Puting Beliung ini juga mencakup gangguan pada jaringan listrik dan telepon, terutama di jalur Buahdua–Gendereh–Ciawitali-Sanca. Pohon-pohon tumbang menutup jalan dan menimpa kabel listrik, menyebabkan pemadaman listrik di beberapa wilayah.

 

Bencana ini menyebabkan trauma bagi warga yang terdampak. Beberapa warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka rusak parah. Selain itu, kegiatan sehari-hari warga juga terganggu, termasuk aktivitas ekonomi dan pendidikan.

 

Anak-anak tidak dapat belajar dengan nyaman, dan beberapa warga kehilangan mata pencaharian sementara waktu karena kerusakan tempat usaha mereka.

 

Pemerintah daerah dengan cepat memberikan respon, Camat Buahdua bersama Bupati Sumedang datang langsung ke Lokasi untuk mengecek dan memastikan bahwa penanganan awal sudah dilakukan.

 

Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir menegaskan bahwa rumah-rumah yang terdampak sudah mulai bisa ditempati kembali, meskipun belum sepenuhnya pulih. Proses pembersihan pohon tumbang, perbaikan ringan, dan penyaluran bantuan logistik tengah berjalan.

 

Masyarakat setempat juga menunjukan semangat gotong royong yang tinggi. Warga bersama TNI/Polri, perangkat desa, dan pemuda karang taruna bahu-membahu membantu membersihkan puing-puing dan perbaikan rumah yang rusak.

 

Kesimpulan dari bencana ini

 

Menjadi peringatan akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem. Kerusakan fisik dan dampak sosial yang ditimbulkan memerlukan penanganan cepat dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan Masyarakat, semangat gotong royong dan respon cepat baik dari berbagai pihak menunjukan bahwa dengan kerja sama, Masyarakat dapat bangkit dan pulih dari bencana. (***)

 

(Penulis adalah mahasiswa semester 2, Tadris Ilmu Pengetahun Sosial, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati-Cirebon)