RADARSUMEDANG.id, KOTA – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, Dan Teknologi (Wamendikti Saintek) Fauzan angkat bicara soal banyaknya tindak kecurangan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri, jalur seleksi nasional berbasis tes (SNBT) 2025. Ia mengaku prihatin atas kondisi yang terjadi.
“Sebenarnya diharapkan beralih dengan (tes menggunakan) teknologi ini kan akan bisa meminimalisasi, tapi ternyata mereka itu jauh lebih canggih, itu kenyataannya,” tutur Fauzan ditemui usai rapat di Kantor Kemenko PMK baru-baru ini.
Diakuinya, sejak dulu, kasus perjokian ini paling banyak digunakan untuk mereka yang ingin masuk fakultas kedokteran. Yang mana, ternyata dalam ujian tulis berbasis komputer (UTBK) SNBT 2025 pun masih sama. Mayoritas dari pelaku kecurangan memilih program studi fakultas kedokteran seperti yang dibeberkan tim panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) sebelumnya.
Menurutnya, kecurangan ini sistemik. Sebab, ada sindikatnya. Dalam operasinya, mereka bahkan menerapkan kelas-kelas yang bisa diikuti dengan tarif yang berbeda-beda. Ada kelas VVIP, bisnis, hingga ekonomi.
“Saya yakin itu tidak hanya sekadar tes mahasiswa baru. Tapi untuk tes-tes yang prestige itu pasti ada. Saya bisa memastikan itu,” keluhnya.
Dia pun menyayangkan aksi ini masih terjadi. Padahal, tujuan dari seleksi ini adalah untuk menjaring calon mahasiswa yang terbaik dengan cara yang jujur.
Sementara itu, Pengamat Pendidikan Totok Amin Soefijanto menilai, kecurangan dalam tes masuk seperti di UTBK-SNBT ini merupakan simptom atau tanda semakin rendahnya integritas. Banyaknya tindakan korupsi atau sikap korup di masyarakat seolah-olah membuat laku curang itu normal, dimaklumi, dan akhirnya jadi budaya.
“Anak didik kita melihat dan mengalami hal itu, entah dari orangtua atau orang dewasa di sekitarnya, akhirnya tidak risih juga untuk curang,” ungkapnya.
Sementara, mengenai jumlah kecurangan paling banyak untuk masuk Fakultas Kedokteran, Totok justru beranggapan itu sebenarnya sikap rasional para peserta tes. Yang mana makin mahal biaya kuliah, makin sulit tesnya, maka makin canggih kecurangannya. Yang tentu saja hal ini tidak dibenarkan.
Oleh karenanya, dia berharap, semua pihak bisa bergotong royong untuk memperbaiki masalah integritas ini. Termasuk, memberikan sanksi berat untuk pelaku sehingga bisa menimbulkan efek jera.
“Kita semua perlu introspeksi diri untuk memperbaiki masalah integritas ini dengan menghukum berat para pelanggarnya dan menerapkan zero tolerance ke tindak curang dalam tes masuk,” tegasnya.
Pada bagian lain, Ketua Tim Penanggung Jawab Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Eduart Wolok, menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan yang terjadi dalam pengungkapan identitas salah satu joki di UTBK-SNBT. Yang mana, untuk nama joki Healthy Febriana Jessica terdapat kesalahan pemasangan foto pelaku.
Hal ini diketahui setelah ramai konfirmasi dari sang pemilik foto di media sosial X. Pemilik foto dengan nama akun @rotirebus_lia menegaskan bahwa tuduhan itu tidak benar. Ia mengaku tak menggunakan jasa joki saat UTBK. Seluruh proses UTBK dijalaninya sendiri dengan persiapan panjang selama berbulan-bulan.
Eduart pun mengakui adanya kesalahan dalam pemasangan foto tersebut. Meski, untuk nama joki yang disebutkan Healthy Febriana Jessica sudah benar adanya.
“Sehubungan dengan informasi yang beredar di media sosial menanggapi Konferensi Pers SNPMB tanggal 29 April 2025 tentang adanya peserta yang menggunakan joki, dengan ini kami sampaikan bahwa terjadi kekeliruan dalam pencantuman foto pada konferensi pers tersebut atas nama saudari Aurellia Devina Putri pada gambar di No.3,” ujar Eduart.
Atas kesalahan tersebut, Eduart mengaku, bahwa panitia sudah sudah menghubungi yang bersangkutan dan pihak keluarga untuk menyampaikan permohonan maaf. “Dan alhamdulillah sudah clear,” katanya.
Dia pun memastikan, Aurellia Devina Putri tidak melakukan kecurangan apapun dalam mengikuti UTBK-SNBT 2025. Baik menggunakan joki maupun menjadi joki. Kesalahan teknis ini pun disebutnya tidak memengaruhi hak peserta dalam proses seleksi SNBT 2025.
“Dipastikan yang bersangkutan mengikuti proses UTBK dengan baik dan benar. Adapun kesalahan pemasangan foto itu kesalahan atau human error dari tim panitia. Kami secara tulus memohon maaf atas kekeliruan yang terjadi, khususnya kepada peserta yang terdampak,” ungkapnya.
Diakuinya, setelah dilakukan penelusuran, ternyata sebelumnya yang bersangkutan memang sempat ada masalah terkait administrasi sehingga sempat masuk ke dalam list kelompok bermasalah. Tetapi setelah diklarifikasi ulang masalah tersebut sudah diatasi. Sehingga, kesalahan dipastikan murni human error.(jpc)