RADARSUMEDANG.ID – Sebanyak 1.600 ekor sapi perah yang tergabung di dalam Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari-Tanjungsari, Kabupaten Sumedang tertular Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dampak dari penyakit itu membuat produksi susu di KSU menurun drastis sejak bulan Mei lalu.
Ketua KSU Tandangsari, Toto mengatakan, penurunan produksi susu setelah adanya PMK ditaksir mencapai 60 persen. Fenomena tersebut dirasakan anggota KSU Tandangsari yang dinilainya sangat merugikan. Sebab sapi yang tertular PMK otomatis susunya 60 sampai 100 persen tidak ada.
“Kondisi ini dirasakan berat oleh peternak sapi perah. Sangat memukul, karena pendapatan sehari-hari mereka terhambat. Biasnya mendapkan uang dari susu, tapi karena ada PMK, sapinya tertular, penghasilannya langsung tidak ada,” ujarnya, Rabu (06/07).
Toto mengaku, banyak anggota KSU yang panik, emosi dan bingung mengatasi persoalan PMK ini. Harus melangkah seperti apa, sementara ketika sapi-sapi akan dijual harganya di bawah rata-rata. Biasnya harganya Rp 25 sampai Rp 20 juta perekor. Tapi ketika PMK harganya anjlok maksimal mencapai Rp 5 juta.
“Itu kerugian yang sangat besar, biasanya penghasilan peternak rata-rata setiap bulannya mencapai Rp 2 sampai Rp 5 juta. Tetapi sakarang dibawah. Selain kepada anggota berpengaruh juga bagi lembaganya. Biasanya pendapatan susu yang ditampung KSU Tandangsari mencapai 18 ton lebih, hari ini hanya 11 ton,” jelasnya.
Menurutnya, yang dilakukan peternak saat ini, selain ada upaya dari lembaga dengan menurunkan tim medis, juga ada upaya dari para anggota dengan memberikan vitamin setiap hari berupa obat herbal.
“Dalam menanggulangi PMK itu sendiri, ada yang berhasil dan tidak. Dan sekarang peternak sudah tidak panik lagi, karena sudah ada vaksin. Tapi, vaksin ini harus terus berlanjut, banyak anggota yang putus asa, dengan menjual sapinya,” tutupnya. (tha)