Atang Setiawan Usulkan Investasi Pertanian di Sumedang untuk Tingkatkan PAD

oleh
Wakil Ketua DPRD Sumedang, Atang Setiawan saat hadir pada Musrenbang RKPD 2025 di Gedung Negara, belum lama ini.

RADARSUMEDANG.id, KOTA – Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sumedang dari Fraksi PDI Perjuangan, Atang Setiawan, mengusulkan agar Pemerintah Daerah menggandeng investor di sektor pertanian sebagai upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Usulan ini disampaikan Atang menyikapi kondisi keuangan daerah yang kini terdampak kebijakan pemerintah pusat melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran.

“Hari ini hampir seluruh kabupaten/kota limbung menghadapi kebijakan Inpres 1/2025. Maka kita harus memutar strategi agar bisa tetap bertahan dan berkembang,” ujar Atang kepada awak media, dalam sebuah acara di Gedung Negara belum lama ini.

Menurut Atang, saat ini APBD Kabupaten Sumedang sangat bergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat dan provinsi. Bahkan, dengan kebijakan terbaru tersebut, Dana Alokasi Umum (DAU) Sumedang berkurang sekitar Rp21,5 miliar.

Sebagai alternatif, Atang menyarankan agar Pemkab Sumedang mulai membuka peluang investasi di sektor pertanian.

“Pak Bupati menyampaikan pentingnya peningkatan UMKM untuk mendorong daya beli masyarakat. Saya juga punya gagasan agar investasi ditingkatkan. Kalau investasi di sektor manufaktur sulit, kenapa tidak kita dorong investasi di bidang pertanian?” katanya.

Ia menambahkan, usulan tersebut bukan sekadar wacana kosong. Mengingat secara kultural, mayoritas masyarakat Sumedang adalah petani. Terlebih, sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar kedua dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumedang.

“Kenapa tidak dikembangkan? Permudah akses pupuk, sediakan sarana dan prasarana pertanian, pertahankan lahan sawah agar tidak dialihfungsikan, dan bangun jalan usaha tani. Hal-hal seperti ini harus jadi prioritas,” tegasnya.

Namun begitu, Atang juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap regenerasi petani. Saat ini, minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian sangat rendah, karena banyak yang memilih merantau atau bekerja di sektor informal di kota.

“Ini jadi tantangan kita. Di kampung, sawah-sawah dikerjakan oleh orang tua usia 70 tahun ke atas. Anak-anak muda justru jadi tukang ojek pangkalan atau ojek online. Kalau boleh saya usul, investasi di sektor pertanian bisa jadi solusi yang berdampak luas,” pungkasnya. (jim)