Menurutnya, saat ini memang sedang terjadi peningkatan wabah DBD di seluruh Indonesia.
“Tidak hanya di Sumedang, tetapi di Indonesia. Penyebabnya, pergantian musim, dari musim kemarau ke musim penghujan. Sehingga menyebabkan banyak terjadinya genangan air sehingga tumbuh jentik-jentik/bibit nyamuk,” ucapnya.
Selain itu, kata dr. Amie, lingkungan yang kotor juga turut menjadi faktor meningkatnya kasus DBD dan diperlukan kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan.
“Faktor yang sangat berperan untuk memutus siklus perkembangbiakan nyamuk bukanlah fogging (pengasapan), tapi gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan gerakan Menutup, Mengubur, dan Menguras (3M),” ucapnya.
Kendati demikian, kata ia, untuk menekan mewabahnya penyakit DBD khusus di Jatinangor pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh petugas ke lapangan.
“Hasilnya masih di temukan kondisi lingkungan yang kotor kebun banyak sampah, air menggenang, dll. Sehingga penyebab dari penyakit ini bukan hanya nyamuk aedes aegypti saja, tapi juga nyamuk aedes albopictus,” ucapnya.(tha)