RADARSUMEDANG.id, KOTA – Cemilan comet atau comro lemet kering yang biasa dikonsumsi di berbagai warung kelontong ternyata berasal dari Desa Jatimulya, Kecamatan Sumedang Utara.
Siapa sangka, makanan ringan yang berasal dari olahan singkong dan tepung tapioka ini berasal dari buah tangan pelaku usaha yang sukses membangun usaha rumahannya yaitu Comet CP Bojong
Menurut pemilik usaha, Pepi Hermawan, usaha yang dirintisnya sudah berjalan selama 20 tahun dan sudah mempekerjakan 25 orang pekerja.
Lokasinya ada di Dusun Bojong, Desa Jatimulya, Sumedang Utara di antara pemukiman pada penduduk tepatnya di seberang Perumahan Asabri.
“Dalam satu hari kami bisa memproduksi 210 kilogram comet atau jika dikemas bisa mencapai 140 bal (bungkus). Itu didistribusikan ke sejumlah pasar konvensional di Sumedang,” kata Pepi kepada Radar Sumedang, Jumat (19/1/2024).
Selain itu pemasaran secara online juga sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Hasilnya sudah banyak pembeli yang memesan comet dari kota-kota lainnya baik partai kecil maupun besar.
“Sebetulnya produk saya sudah dikenal sampai luar negeri, tapi memang kebanyakan ada di Sumedang. Kalaupun ada yang pesan dari luar kota itu melalui online, bahkan ada yang rela jauh-jauh lewat tol kemudian kesini hanya untuk beli produk kami kemudian pulang lagi,” ungkapnya.
Adapun comet yang diproduksi Pepi mempunyai berbagai kategori pengemasan. Mulai dari kemasan untuk warung kelontong Rp 500, kemasan satu kilogram ataupun seperempat kilogram, sampai kepada kemasan 3 kilogram.
Bahkan dikatakan Pepi, produk Comet CP Bojong menjadi produk cemilan yang direkomendasikan bagi para tamu-tamu dari luar kota yang datang ke Sumedang untuk kepentingan studi tisru SPBE Pemkab Sumedang di PPS.
“Kami menjual per satu kilo Rp 36 ribu untuk umum, sedangkan kalau untuk reseller ada harga khusus. Ada juga kemasan spesial dari alumunium foil yang pengemasannya sudah lebih modern Rp 12-15 ribu per pcs. Rasanya juga ada tiga macam, original, pedas dan balado,” ujarnya.
Kendati demikian ia berharap, home industri yang sudah ia bangun selama kurang lebih 20 tahun ini dapat dibantu oleh pemerintah untuk sarana produksi. Mengingat saat ini produksi comet CO Bojong masih menggunakan metode tradisional yang terbuat dari kayu dan alumunium.
“Untuk perapian dan menggoreng, saya masih pakai kayu bakar juga cetakan Comet juga masih sederhana. Saya berharap ada yang membantu untuk meningkatkan sarana produksi sehingga pekerjaan produksi lebih cepat dan lebih mudah,” katanya. (jim)