Dony menambahkan, mau tidak mau perlu disampaikan bahwa varian Delta yang asa muasalnya dari Negara India ini sudah masuk di Sumedang, dan penularannya 10 kali lebih cepat. Belum lagi saat ini yang sakit kebanyakan yang bergejala dan ketika bergejala harus masuk Rumah Sakit, sementara Rumah Sakit SDM-nya terbatas.
“Akan tetapi kami terus berusaha, dan tidak ada kebijakan Pemerintah yang akan mencelakakan masyarakatnya. Kalau ini disiplin ketat dan tegas, insya Allah selesai pada 20 Juli kita nanti ibadah lagi di mesjid, ekonomi kita perbaiki. Tapi harus ketat sekarang, karena kalau sekarang longgar kita lama lagi untuk kembali ke adaptasi kebiasaan baru (AKB),” sebut Dony.
Lebih dari itu dari sisi pengawasan pihaknya juga akan melakukan penyekatan di perbatasan Bandung – Sumedang yakni di Jatinangor, Sumedang Kota dan Tomo.
“Yang Masuk Sumedang kendaraannya plat luar Sumedang akan dicek apakah bawa keterangan pernah vaksin, swab antigen atau PCR. Kalau enggak itu kembali lagi. Jadi ada check point untuk Operasi Yustisi, dan kami tegas tapi humanis demi melindungi warga masyarakat,” imbuhnya.
Sedangkan untuk kesiapan tenaga kesehatan (nakes) ada relawan dari akademisi khususnya dari program studi kesehatan atau keperawatan seperti UPI Kampus Sumedang, dan STIKES Unsap.
Termasuk adanya penambahan bed (tempat tidur) lebih dari 120-an di RSUD Sumedang, Pakuwon sekitar 12 bed , RS Harapan Keluarga Jatinangor 8 bed, dan rumah singgah Titirah Simpati khusus untuk yang sedang tahap penyembuhan dan gejala ringan.
“Masyarakat yang miskin juga ada bantuan sosial tunai (BST), tapi yang masuk kategori. Pemerintah Provinsi akan membantu yang zona merah di RT-nya, sedangkan Pemkab akan ada bantuan dapur umum. Tapi saya mengajak mari kita gelorakan semangat berbagi kita untuk yang isoman di rumah dan lain sebagainya, dengan kekompakan bersama inysa Allah kita bisa melewati semua,” paparnya.