Wisata Margawindu-Cisoka Dituduh Biang Keladi Banjir Bandang Citengah, Ketua PHRI Sumedang: Destinasi Jangan Dikambinghitamkan

oleh

RADARSUMEDANG.ID — Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Sumedang, H. Nana Mulyana menyatakan tidak sependapat dengan adanya tuduhan bahwa bangunan liar (Bangli) terutama destinasi wisata yang berada di kawasan Perkebunan Teh Margawindu – Cisoka menjadi sumber masalah bagi bencana banjir bandang yang terjadi di Citengah – Cipancar.

“Penelitiannya belum ada. Kita tidak bsia men-judge bahwa Cisoka jadi sumber masalah. Jangan sampai destinasi dikambinghitamkan,” kata H. Nana saat dihubungi Radar Sumedang, Kamis (5/4/2022).

Kata dia, Sumedang sebagai pusat ilmu pengetahuan dengan banyaknya perguruan tinggi hebat mesti dilibatkan untuk melakukan analisa dan kajian apa penyebab banjir.

Pasalnya sejauh ini, beberapa Bangli di Margawindu-Cisoka tidak sepenuhnya mengganggu vegetasi lahan. Terlebih destinasi wisata di kawasan tersebut murni memanfaatkan lahan hijau dan tidak membabat habis atau penggundulan lahan perkebunan.

Ia teringat bagaimana petaka di destinasi wisata di Garut yang berakibat banjir bandang. Yang mana destinasi tersebut dibangun ditengah lahan hijau namun tidak memperhatikan aspek lingkungan.

“Di Garut itu ada satu destinasi terbalik yang 80 persen membabat habis lahan hijau, sementara hanya 20 persen yang disisakan kan celaka itu. Harusnya 70 persen lahan hijau, 30 persen bangunan,” ujarnya.

Oleh sebab itu Owner Destinasi Wisata Kampung Karuhun ini justru menduga, banjir bandang terjadi akibat perubahan iklim.

“Boleh jadi karena perubahan iklim. Kita lihat secara geografis Sumedang itu perbukitan lembah dan sungai, boleh jadi ini jadi faktor penyebab meskipun tidak seluruhnya. Sekarang saja kalau ada ‘turaes’ berarti mau kemarau, ini mah turaes’ bersuara hujan iya,” sebut H. Nana.

Dengan demikian, perubahan iklim ini harus disikapi secara positif oleh pelaku usaha untuk bagaimana membuat destinasi yang ramah terhadap lingkungan.

“Sehingga ketika ada bencana sudah dipersiapkan. Dasarnya tadi dari hasil kajian yang dilakukan perguruan tinggi dan para ahli. Kalau sudah kajian masalah baru kita duduk bersama, jangan asal mau dibongkar,” pungkas H. Nana. (jim)