RADARSUMEDANG.id, RANCAKALONG – Nafira Batik Kasumedangan yang berlokasi di Dusun Neglasari RT 05 RW 04, Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong, terus menunjukan eksistensinya.
Salah satu produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) kreatif, yang berdiri sejak tahun 2010 dengan mengangkat ciri khas Sumedang, mulai dikenal di sejumlah daerah di tanah air.
Bahkan, pangsa pasarnya merambah sampai ke mancanegara, melalui kegiatan pameran UMKM maupun relasi, seperti ke Malaysia, Singapura, Korea, Dubai, hingga sampai ke Eropa.
“Perkembangannya selain di Sumedang tentunya sudah se-Indonesia, karena kan sering dibawa ke pameran, oleh relasi atau online. Terus juga sekarang medsos yang paling kuat ya,” kata Owner Nafira Batik Kasumedangan, Hj. Nafisa Sariningsih saat ditemui di galerinya, Jumat (6/10).
Nafira Batik Kasumedangan telah memiliki 60 motif batik, yang delapan diantaranya telah dipatenkan melalui Peraturan Bupati (Perbup). Delapan motif Kasumedangan itu diantaranya Lingga, Mahkota Binokasih, Kembang Wijaya Kusuma, Hanjuang, Manuk Julang, Bunga teratai, dan lainnya.
“Motifnya yang sudah di Perbup ada 8, tapi kalau misalnya kreasi kami banyak. Karena mungkin semua yang bagus dipakai motif, termasuk motif tahu. Terus dulu banyak tambahannya kalau saya ini sudah produksi yang udah dibuat cap itu hampir 60,” ucapnya.
Ia menyampaikan, melalui penjualan offline dan online, batik yang dibuat melalui proses batik tulis, cap, maupun kombinasi batik tulis dan cap dengan tenaga kerja warga sekitar, telah memiliki omzet Rp 120 juta per bulan.
“Omzet sebenarnya tergantung banyak pesanan, tapi ya Alhamdulillah mencukupi semuanya karena kami karyawannya banyak. Kalau lagi ramai sampai Rp 120 juta. Tapi kalau dulu dengan sekarang mungkin lebih ramai dulu awal. Sekarang saya mencapai kadang kalau di satu toko itu paling Rp 80 juta,” katanya.
Menurutnya, sejauh ini batik yang banyak diminati oleh konsumen bermotif Mahkota Binokasih, Lingga, Cadas Pangeran, serta yang memperlihatkan khas Sumedang lainnya. Dalam sehari produksi batik di tempatnya bisa menghasilkan 20 hingga 40 potong, tergantung motif yang dikerjakan.
“Untuk oleh-oleh itu kebanyakan yang diminati bermotif kelihatan khas Sumedang-nya. Kalau kebanyakan motifnya dicampur bisa memakan waktu lama. Tapi kalau misalnya hanya batiknya satu warna mengandalkan cap saja itu bisa menghasilkan 40 potong,” ujarnya.
Selain produksi, Nafira Batik Kasumedangan juga membuka pelatihan bagi masyarakat umum lainnya. Seperti dilakukan Persatuan Srikandi Kreatif Indonesia (Persikindo) Kabupaten Sumedang yang mengikuti pelatihan membatik.
Meski baru pertama kali memegang canting, prosesnya dinilai tidak terlalu rumit namun butuh ketekunan.
“Kerumitannya itu harus tekun, nanti kalau enggak rapih warnanya akan melebar ke mana-mana. Saya baru pertama pegang canting, terus tahu caranya membatik bagaimana, alhamdulillah menyenangkan,” kata Peserta Pelatihan Batik, Ratih Kemala Dewi.
Dengan mengutamakan produksi batik tulis, diharapkan dapat terus mengembangkan ciri khas batik Kasumedangan yang tidak kalah dengan batik khas daerah lain. Karena, perkembangan batik Kasumedangan sejauh ini cukup bagus dan banyak dikenal orang.
“Harapan saya semoga Srikandi di Sumedang, masyarakat Sumedang pada umumnya atau lebih luasnya Jawa Barat, bisa mengenal teknik batik bisa tahu bagaimana cara rumitnya membatik. Sehingga kalau harga batik tinggi tidak menjadi bahan pertanyaan. Kenapa batik mahal? Karena ini prosesnya memang membutuhkan waktu yang cukup lama dan penuh ketekunan,” ucapnya. (gun)