Oleh: Imadudin, S.Ag.
(Kepala MTs Istigfarlah Sumedang)
RADARSUMEDANG.id – Setiap tanggal 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sebuah momen penting yang menjadi simbol refleksi dan harapan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun, perayaan ini seringkali terasa pahit bagi para pendidik dan tenaga kependidikan di tanah air. Di balik semarak peringatan, tersimpan berbagai ironi yang membuat Hardiknas tahun ini terasa seperti menikmati buah simalakama, manis di satu sisi namun penuh dilema di sisi lain.
Kesenjangan gaji yang dialami oleh para guru, terutama yang bertugas di sekolah-sekolah swasta, mencerminkan salah satu aspek krusial dari masalah ini. Di satu sisi, pendidikan adalah kebutuhan mendasar yang harus terus dipromosikan dan ditingkatkan, namun di sisi lain, pemerintah belum sepenuhnya optimal dalam memperhatikan nasib para pendidik yang sejatinya adalah tulang punggung dari sistem pendidikan kita.
Guru selalu dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Gelar ini, yang lahir dalam konteks historis ketika bangsa ini masih berjuang melawan penjajahan dan membangun peradaban baru, kini terasa ironis di era kemerdekaan dan kemajuan teknologi. Para guru berharap dapat merasakan esensi dari kemerdekaan yang sesungguhnya, yang tidak hanya sekadar lepas dari penjajahan fisik namun juga merdeka dalam segi kesejahteraan dan pengakuan.
Cerita tentang Umar Bakri, sebuah cerminan pendidik di masa-masa sulit negeri ini,, seringkali dijadikan simbol pengabdian tanpa pamrih. Namun, di era serba canggih saat ini, para guru mengharapkan perubahan yang lebih konkret: pemerintah harus lebih fokus untuk meningkatkan kesejahteraan guru, baik itu melalui peningkatan gaji maupun pengangkatan status mereka menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) atau Aparatur Sipil Negara (ASN).
Ketidakseimbangan ini menunjukkan bahwa Hardiknas bukan hanya perayaan, melainkan juga sebuah panggilan untuk aksi nyata dari semua pihak terkait. Kesejahteraan guru bukan hanya tanggung jawab moral, tapi juga investasi penting bagi masa depan pendidikan di Indonesia. Kita semua menghendaki suatu negara yang cerdas dan maju, dan hal itu tidak mungkin tercapai tanpa adanya perhatian serius terhadap mereka yang dengan sabar dan tulus mengemban misi mencerdaskan anak bangsa.
Maka, di Hardiknas tahun ini, marilah kita tidak hanya merayakan, tetapi juga merenung dan bergerak menuju perubahan yang lebih baik bagi para pendidik di Indonesia. Mereka yang telah lama berjuang di garis depan pendidikan layak mendapatkan lebih dari sekedar penghargaan simbolis, tapi juga pengakuan dan kesejahteraan yang setara dengan dedikasi yang telah mereka curahkan.(*)