RADARSUMEDANG.id – Di awal masa kepemimpinannya sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kembali mengundang perhatian publik dengan kebijakan barunya yang tak kalah kontroversial dari langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini memicu perbincangan hangat di tengah masyarakat. Banyak yang mempertanyakan urgensi dan dampaknya terhadap para pelajar, terutama terkait kesiapan fisik dan psikologis mereka untuk memulai aktivitas sedini itu. Namun, meski kritik berdatangan, kebijakan ini tetap dijalankan.
Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran resmi yang telah disebarkan kepada berbagai pemangku kepentingan pendidikan di Jawa Barat—mulai dari bupati dan wali kota, kepala dinas pendidikan, hingga kepala kantor wilayah Kementerian Agama.
Surat bernomor 58/PK.03/DISDIK itu mengatur secara rinci jam efektif pembelajaran di seluruh jenjang pendidikan, dari PAUD hingga SMA/SMK.
Bagi anak-anak di jenjang PAUD, RA, dan TKLB, kegiatan belajar akan dimulai pukul 6.30 pagi, dengan durasi berkisar antara dua hingga tiga jam setiap harinya. Sementara siswa SD, MI, dan SDLB pun mulai belajar di jam yang sama, namun dengan waktu belajar yang lebih panjang—antara 4 hingga 8,5 jam, tergantung jenjang dan kebutuhannya.
Jenjang SMP dan sederajat seperti MTs dan SMPLB juga mengikuti pola serupa, dimulai dari pukul 6.30 WIB. Durasi belajar berkisar antara enam hingga hampir sembilan jam per hari, dengan penyesuaian durasi tiap jam pelajaran sesuai karakteristik sekolah masing-masing.
Bagi siswa SMA dan SMK, tantangannya bahkan lebih besar. Mereka harus siap memulai hari lebih awal dengan waktu belajar yang bisa mencapai 11 jam. Begitu pula dengan siswa SMLB dan MAK, yang memiliki durasi belajar panjang dengan jam pelajaran yang disesuaikan.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi juga memerintahkan pembinaan kepada satuan pendidikan untuk mengarahkan peserta didik memanfaatkan waktu luang yang ada.
Kegiatan yang disarankan, di antaranya membantu orang tua, kegiatan keagamaan, atau kegiatan ekstrakurikuler dengan pengawasan orang tua.
Secara keseluruhan, kebijakan ini jelas menandai perubahan besar dalam ritme harian siswa di Jawa Barat. Meski masih menimbulkan pro dan kontra, pemerintah daerah tampak mantap melangkah, meyakini bahwa pembiasaan disiplin sejak pagi adalah investasi bagi karakter dan masa depan anak-anak Jawa Barat.(jpc)