RADARSUMEDANG.id, KOTA – Hari pertama pascagempa yang mengguncang Sumedang, beberapa sekolah terdampak belum bisa melakukan aktivitas belajar mengajar seperti biasa. Seperti di SDN Tegalkalong yang memberlakukan belajar dengan dibagi 2 sesi, yakni pagi dan siang, serta belajar daring. Sementara SMP Negeri 1 Sumedang memberlakukan sistem daring. Kedua sekolah tersebut menjadi yang terdampak paling parah saat gempa mengguncang Sumedang.
Pantauan di lapangan, Senin (8/1) pagi, siswa SDN Tegalkalong berkumpul di halaman sekolah. Setelah melantunkan Asmaul Husna, para siswa mendapatkan penangan trauma atau trauma healing pascagempa.
SDN Tegalkalong, menjadi salah satu dari puluhan sekolah yang rusak terdampak gempa menjelang pergantian tahun. Sejumlah kelas di lantai 2 SDN Tegalkalong, tampak mengalami kerusakan dari retak-retak hingga tembok ambrol.
Pihak sekolah juga menutup area lantai 2 yang sementara tidak digunakan, lantaran khawatir gempa susulan dan menyebabkan kepanikan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
“Ada 14 ruang kelas yang kami kosongkan hingga beberapa waktu kedepan sampai diperbaiki. Dan sekarang hanya 10 kelas yang digunakan karena sudah dinyatakan aman dipergunakan,” kata Kepala SDN Tegalkalong, Renny Oktavianny.
Dikatakan, agar tidak mengganggu proses belajar mengajar, pihak sekolah pun menerapkan sistem gabungan online dan offline. Dimana murid yang belajar di kelas dibagi dalam dua sesi waktu belajar.
“Kami melakukan dua sesi daring, jadi sesi pagi ada kelas 1, 2, ditambah kelas 4 hari Senin 4 A dan 4 B. Nanti sesi dua giliran kelas 3 dan kelas 6 serta kelas 4 C, D yang masuk kelas. Besok kelas 5 masuk kelas 4-nya daring,” katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Pengembangan Sarana dan Prasarana pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, Indra Wahyudinata menyebutkan, penerapan sistem pembelajaran pascagempa sudah disesuaikan dengan kondisi kerusakan bangunan sekolah.
“Sudah disepakati, bahkan atas izin pak pj bupati ada yang luring ada yang daring. Khusus untuk yang luring ada shift pagi siang. Sementara sekolah lain ada yang full daring karena pertimbangan keamanan para siswa,” kata Indra.
Lebih jauh disampaikan, dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang per 7 JanuariĀ 2024, jumlah sekolah yang rusak sebanyak 66 unit. Jumlah ini bertambah, dari data awal 26 sekolah.
“Kini terdata sebanyak 66 sekolah tingkat Paud, SD, SMP, SMA, dan SMK tersebar di 12 Kecamatan. 53 sekolah yang jadi kewenangan Disdik, dan 13 sekolah kewenangannya ada di Jawa Barat, dengan rincian 27 SD, 21 Paud, dan 5 SMP serta 13 SMA dan SMK,” kata Indra.
Disampaikan Indra, Pemda Sumedang sangat memperhatikan kondisi para siswa pascagempa. Ia menggambarkan, seperti yang dilakukan SDN Tegalkalong yang menggelar trauma healing untuk membantu pemulihan psikologis.
“Pemda Sumedang sangat atensi pada para siswa, seperti yang dilakukan SDN Tegalkalong ini, bagaiman anak-anak bisa bergembira. Jangan pernah berfikir bahwa gempa itu musibah yang tidak dapat diselesaikan, akan tetapi lebih penting bagaimana mental anak-anak untuk bisa terus membangun pembelajaran di sekolah,” ujarnya.
Ia menegaskan, pihaknya juga akan terus berusaha untuk memperbaiki kembali sekolah-sekolah yang terdampak gempa bumi.
“Bahkan minggu depan kami akan bolak-balik ke Jakarta juga untuk mengurus bantuan-bantuan dari Kementerian PUPR, dari Provinsi, atau bagaimana memberdayakan anggaran APBD Kabupaten Sumedang,” ucapnya. (gun)