
Ormas Islam lainnya yang banyak berkiprah sebelum merdeka juga ada Muhammadiyah (1912) dengan pendirinya KH Ahmad Dahlan, Al Irsyah (1916) dipimpin Ahmad Surkati Al Irsyad, Nahdlatul Ulama (1926) dengan pendirinya KH Hasyim Ansyari, kemudian Persatuan Islam (1923) yang dipimpin H Ahmad Dahlan yang berkembang dari Bandung dan Bangil Jawa Timur, Masyumi (1943) oleh Muhammad Natsir dan lainnya.
KH Mahmud juga mengulas peran tokoh habaib yang turut berjasa dalam kemerdekaan. Mereka di antaranya ada Habib Salim Idrus Al Sufri seorang pengusul warna bendera RI merah putih. Sultan Hamid II, pembuat lambang Garuda Pancasila beliau juga terlibat aktif dalam KMB. Habib Husein Mothohar atau kerap disebut H Mutahar ia adalah penyelamat bendera pusaka, pencipta lagu Syukur, pencipta lagu 17 Agustus 1945, penggagas Paskibra, pencipta Hymne Pramuka.
Kemudian Abdurahman Baswedan, ia seorang jurnalis, berjasa dalam mengumpulkan pemuda keturunan Arab dalam mendirikan Persatuan Arab Indonesia. Yang paling feomenal peran kakek Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini juga adalah menyelamatkan surat pengakuan kedaulatan Indonesia dari Mesir hingga sampai ke tangan Presiden Sukarno di Yogyakarta.
Di masa mempertahankan kemerdekaan ulama dan pesantren pun berperan penting terutama dalam menggelorakan semangat berjuang melawan penjajah Belanda yang kembali lagi ke Indonesia dibantu Sekutu.
“Lewat Resolusi JIhad 22 September 1945 yang dideklarasikan KH Hasyim Asyari maka ribuan santri turun berjuang melawan penjajah hingga sekarang terkenang dalam momentum Hari Pahlawan 10 november,” ulasnya lagi.
Peran penting lainnya yang terbilang mampu mempersatuan bangsa Indonesia dari upaya Belanda memecah belah kembali Indonesia ke dalam negara-negara boneka lewat Republik Indonesia Serikat (RIS), datang dari tokoh pendiri Masyumi yakni Muhammad Natsir.